Rabu, 12 Maret 2014

DAHSYATNYA DOA YANG TAK TERPUTUS


Pada saat itu akhir bulan Agustus 2012 di bulan Ramadhan aku pergi kerja ke Kalimantan Tengah pada sebuah perusahaan swasta Diesel yang di sewa – sewakan pada PLN ( persero ). Di sebuah kota kecil di Seruyan , sampit Kalimantan Tengah aku kerja selama 4 bulan karena ada masalah yang aku sendiri tidak Tau apa masalahnya.
Pada akhir Desember aku di pulang ke Jakarta karena masalah itu dan menghadap atasan di kantor pusat. Aku pun menjelaskan sebenar Noya yang terjadi, bahwa semua itu tidak benar dan akhir Noya aku di pindah tugaskan ke daerah Kasongan, Kalimantan Tengah. Aku pun tau situasi dan kondisi di daerah sana karena ada pemberitahuan dari teman – teman yang lain. Sebelum berangkat ke sana, aku meminta izin untuk pulang terlebih dahulu ke rumah ( Garut ) untuk menemui orang tua dan akupun memberi tahu pada orang tua ku bahwa aku akan di pindah tugaskan di sebuah tempat yang jauh dari kota. Karena aku orangnya terbuka pada orang tua, terutama pada ibu, akupun menceritakan keadaan tempat kerja aku yang akan di tempati. Orang tua sempat melarang aku pergi ke sana karena keadaan tempatnya yang berada jauh dari kota. Tapi aku terus meyakinkan pada mereka bahwa aku bisa dan akan berangkat.
Aku pun berangkat ke kota Kasongan itu, sesampainya di tempat kerja aku berusaha tegar dengan keadaan tempat Noya yang Bener – benar jauh dari kota bahkan tidak ada satu rumahpun yang dekat dari tempat kerja.
Hampir satu Minggu di sana akupun merasakan hal – hal yang sangat menyulitkan buat aku, susahnya makan karena jauh dari warung dan tak adanya kendaraan operasional waktu itu, hingga aku harus berjalan kurang lebih 3 – 4 km untuk membeli nasi begitupun dengan solat jumat dan yang lainnya. Kadang – kadang makan pun Cuma satu kali dalam satu hari bahkan tidak makan, Cuma makan pentol ( bakso bahasa Jawa ) karena tidak adanya kendaraan dan asi banyak keluhan – keluhan yang aku rasakan karena tidak biasanya. Di sini aku benar – benar merasakan bagaimana kerasnya hidup, terkadang aku menangis dan berputus asa dengan hal yang aku rasakan pada saat itu.
Dan akupun mencoba memberi kabar pada orangtua di rumah bahwa aku baik – baik saja. Tapi karena kata aku tadi aku orangnya terbuka pada orang tua aku pun menceritakan keadaan aku di sana pada mereka, ibu aku pun sempat menyuruh aku untuk pulang dan mencari kerja yang dek. Tapi aku tetap kekeh bahwa aku bisa dan akan bertahan.
Satu Minggu setelah aku menelepon orang tua aku, aku mencoba menelepon lagi dan aku merasakan ada hal yang berbeda dengan ibu aku, beliau seperti sedang sakit dan aku tanya beliau, beliau tidak memberi tahukannya mungkin beliau tidak mau aku cemas dengan keaadaannya. Besok nya aku telepon lagi dan akhirnya beliau bilang bahwa beliau sedang sakit dan aku suruh beliau untuk pergi ke Dokter untuk cek keadaannya. Sepulang dari dokter ternyata ibu di rujuk untuk pergi ke rumah sakit untuk di tindak lanjuti penyakitnya, pertama – tama ibu tak mau bilang apa penyakitnya, tapi setelah aku terus bertanya akhirnya ibu pun bilang kalau beliau kena usus buntu. Betapa hancur dan sakitnya perasaan aku saat itu mengetahui orang yang aku sayangi sedang sakit dan di rawat di rumah sakit, air mata tak berhenti mengalir dari kedua mataku. Setiap hari, setiap saat sebisa mungkin aku terus menghubungi ibu yang sungguh jauh di serang lautan aku pun merasa menjadi anak yang tak berbakti pada saat itu karena tak bisa berada di samping beliau saat beliau membutuhkan aku, saat beliau terbaring lemah, aku benar – benar terpuruk dan sedih.
Setiap saat aku berdoa memohon pada ALLAH untuk ibu aku, siang – malam saat waktu kerja tak ada yang aku fikirkan selain ibu aku. aku Cuma berharap pada keluarga aku yang di rumah untuk menjaga ibu aku.
Seminggu berlalu ibu di rumah sakit, akhirnya ada keputusan untuk segera di operasi usus buntunya, akupun berusaha untuk terus berkomunikasi pada ibu aku, aku tak berhenti berdoa, menangis dan aku coba meminta bantuan doa untuk ibu aku pada semua orang yang aku kenal, jumat pagi beliau mengirim pesan media ( sms ) bahwa beliau akan di operasi, akupun segera menelepon ibu dan berusaha untuk menemani beliau, biarpun hanya melalui telepon. Aku sangat cemas dan khawatir dan aku tak berhenti meneteskan air mata ini sambil berdoa agar di lancarkan proses operasi yang akan di jalani oleh ibu aku. Beberapa saat kemudian kira – kira satu jam setelah itu ibu mengirim pesan kembali pada aku, bahwa beliau tidak jadi menjalani operasi, karena usus buntu yang akan di operasi tiba – tiba hilang dan sembuh dengan sendirinya. Aku bersyukur dan senang dengan kabar itu puji syukur ku ucapkan pada ALLAH dan aku share kebahagiaan itu pada orang – orang yang aku mintai doanya.
Dari situlah aku bertambah yakin pada kebesaran ALLAH bahwa DIA akan mengabulkan doa – doa hamba NYA yang sungguh – sungguh, DIA tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hamba – hamba NYA. DIA tak pernah tidur dan meninggalkan hamba – hamba NYA yang sedang membutuhkan NYA. DIA selalu ada untuk hamba – hamba NYA yang meminta kepada NYA.
Terimakasih YA RABB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar