Senin, 31 Desember 2012

Itsar ( Mendahulukan kepentingan Orang Lain )

Imam Muslim meriwayatkan, suatu hari seorang musafir menemui Rasulullah SAW dan berkata " Ya Rosulullah, saya kelaparan dan engkaulah yang terbaik yang pernah aku dengar "

Lalu Nabi mendatangi seorang istrinya, berharap ada makanan yang bisa di berikan kepada tamunya. " Tidak ada apa-apa kecuali air minum," jawab istri beliau. Jawaban serupa beliau peroleh tatkala memasuki rumah istri-istri beliau yang lain. Akhirnya beliau berkata kepada para sahabatnya. " Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, insya Allah, akan mendapat rahmat-Nya"

Lelaki itu lalu di ajak oleh Abu Thalhah ke rumahnya. Setelah mempersilahkan tamu itu duduk, Abu Thalhah bertanya pada istrinya " Adakah makanan buat tamu Rasulullah ini ?"
" Secuil makanan pun tidak ada kecuali untuk sekali makan anak kita," jawab Rumaisha binti Milhan,atau lebih dikenal sebagai Ummu Sulaim.
" Baiklah, tidurkan saja anak kita. Hidangkan makanan itu buat kawan kita."

Sang istri lalu menghidangkan sepiring makanan untuk tamunya. Tetapi tamu itu lantas berkata kepada Abu Thalhah,  " Saya hanya mau makan bila anda ikut makan bersama saya."
" Baik, tapi silahkan anda makan disini, sedangkan saya akan bersama istri saya di dapur," kata Abu Thalhah.

Demikianlah, lalu tamu itu makan dengan lahap. Dari tempat duduknya, ia melihat bayangan pasangan tuan rumah di dapur seperti sedang makan bersama. Ia pun mendengar denting sendok dan piring dari sana. Ia tak sadar bahwa sng tuan rumah sedang berpura-pura ikut makan, karena lampu rumah itu sengaja di padamkan.

Setelah kenyang, tamu itupun pamit. Tinggalah Abu Thalhah dan keluarganya tidur menahan lapar.

Keesoakn harinya, Nabi SAW menyambut Abu Thalhah dengan senyum lebar. " Ketahhuilah sahabatku, Allah SWT terpesona dengan pengorbananmu dan istrimu semalam," kata beliau sambil menyampaikan wahyu dari Allah yang baru beliau terima. " ... Mereka telah mendahulukan kepentingan orang lain walaupun mereka sedang kesusahan." ( Q.S. Al-Hasyr:9)

Petuah untuk Murah Rizeki dan di jauhkan Kesulitan

Abu Yazid Al Bhustami, pelopor sufi pada suatu hari pernah di datangi seorang laki-laki yang wajahnya kusam dan kening nya selalu  berkerut, "Tuan guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Oang lain sudah lelap saya masih berminajat, istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pengemis yang enggan mencari rezeki. Tapi mengapa saya selalu malang dan m engalami kesulitan ?"

Sang guru menjawab sederhana " Perbaiki penampilanmu dan robahlah roman mukamu. Kou tahu, Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rosulullah SAW, salah satu penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya." Lelaki itu tertunduk, iapun berjanji akan memperbaiki penampilannya.

Mulai hari itu, wajahnya senan tiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdulillah sesudah itu tak pernah lagi datang untuk berkeluh kesah. Keserasian selalu dijaga, sikapnya ramah, wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat dan roman mukanya berseri.

Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, "Awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan murah senyum." Bahkan Rosulullahn SAW menegaskan "Senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya"